Rumah Pangkal
Rumah Pangkal, begitulah warga Desa Pengabuan menyebutnya. Sebuah rumah yang diyakini sebagai rumah peninggalan dari Prabu Anom, kakek Buyut yang merupakan cikal bakal terbentuknya Desa Pengabuan.
Rumah Pangkal merupakan cikal bakl terbentuknya sebuah budaya turun temurun di Desa Pengabuan dimana setiap warga Desa Pengabuan yang hendal mengadakan hajatan, biasanya mereka (warga Pengabuan, red) mendatangi rumah pangkal yang ditunggu oleh keturunan dari Prabu Anom.
Namun terkadang tidak hanya yang hendak punya hajatan ada pula warga yang memiliki niat yang baikpun datang ke rumah pangkal. Misal, ingin menjadi kepala desa, wakil rakyat hinggal menjadi Bupati dan kepala daerah.
Dengan membawa persembahan seperti telur ayam kampung, beras, untuk diberikan kepada yang menunggu rumah pangkal tersebut. Namun ada juga yang memberi kelapa, gula pasir, teh, hingga menyembelih kambing dan sapi.
“Rumah pangkal merupakan rumah keturunan Prabu anom. Rumah peninggalan sang sultan. Bagi warga Pengabuaan setiap hendak hajatan seperti menikahkan anak, pesta khitan hingga sedekah dusun biasanya harus memberikan sesajen,” terang Agusman bin Kasim penunggu dari Rumah Pangkal.
Kakek yang kesehariaanya sebagai petani mengucapkan, pemberian sesajen tersebut bukanlah tanda syirik kepada Allah SWT. Melainkan sebagai tanda syukur atas karunia yang diberikan-Nya kepada warga Desa Pengabuan.
“Sebagai tanda syukur kepada Allah SWT sehingga dalam pelaksaan hajatan berjalan lancar anpa ada kendala apapun seta tolak balak. Selain itu juga, untuk ingat kepada Prabu Anom yang merupakan puyang warga Pengabuan,” sambung pria yang kerap dipanggil Agus.
Pria yang sudah menginjak usia sekitar 65 tahun tersebut juga menceritakan, dalam sejarah Desa Pengabuan mengatakan bahwa Prabu Anom merupakan sultan Najamudin IV salah satu Sultan dari kesultanan Palembang Darussalam. Yang mana pada massanya, Prabu Anom bersembunyi di sebuah daerah yang tidak ada jalan besar, baik daratan ataupun perairan. Sehingga, Desa Pengabuan diartikan sebagai sebuah desa persembunyian.
Bentuk Rumah peninggalan Prabu Anom ini sendiri sekarang telah mengalami perubahan. Hal itu karena kondisinya yang sudah sangat mengkhawatirkan “Awalnya kami ragu untuk melakukakn renovasi, takut keteguran. Tapi akhirnya saya wangsit dapat mimpi, katanya rumah ini bolah dirubah bentuk atau direnovasi asal tetap berada diatas tanah bangunan tersebut,” tutup Agus.
Meski tergolong DinamismeI, budaya Rumah Pangkal masih dilakukan bagi warga Pengabuan hingga saat ini.
